Al Qayyuum (Yang Maha Mandiri),
Musnad Ahmad 19441: Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah berkata: Aku mendengar Ali bin Zaid menceritakan dari Zurarah
bin `Aufa dari seseorang dari kaumnya, ada
yang menyebutnya Malik atau Ibnu Malik menceritakan dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wasallam bahwa
beliau bersabda:
أَيُّمَا
مُسْلِمٍ ضَمَّ يَتِيمًا بَيْنَ أَبَوَيْنِ مُسْلِمَيْنِ إِلَى طَعَامِهِ
وَشَرَابِهِ حَتَّى يَسْتَغْنِيَ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ الْبَتَّةَ وَأَيُّمَا
مُسْلِمٍ أَعْتَقَ رَقَبَةً أَوْ رَجُلًا مُسْلِمًا كَانَتْ فِكَاكَهُ مِنْ
النَّارِ وَمَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَدَخَلَ النَّارَ
فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ
"Siapa saja seorang
muslim yang menjamin makan dan minum anak yatim karena ditinggal orang tuanya
yang muslim, hingga ia mandiri, maka
wajib baginya surga. Dan siapa saja dari orang muslim yang memerdekakan budak
atau membebaskan seorang muslim, maka ia terbebas dari Neraka, dan barangsiapa
mendapatkan kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya masuk Neraka maka
Allah telah menjauhkannya."
Sunan Nasa'i 2525: Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah dari Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ
الْمِسْكِينُ بِهَذَا الطَّوَّافِ الَّذِي يَطُوفُ عَلَى النَّاسِ تَرُدُّهُ
اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ قَالُوا فَمَا
الْمِسْكِينُ قَالُوا الَّذِي لَا يَجِدُ غِنًى يُغْنِيهِ وَلَا يُفْطَنُ لَهُ
فَيُتَصَدَّقَ عَلَيْهِ وَلَا يَقُومُ فَيَسْأَلَ النَّاسَ
"Bukanlah seorang yang miskin itu yang
mengelilingi manusia lalu meminta-minta dan dia mendapatkan sepotong atau dua
potong roti, sebutir atau dua butir korma." Para shahabat bertanya: 'ya
Rasulullah lalu siapakah yang disebut miskin itu? Beliau bersabda: "Dia
adalah orang yang tidak mendapatkan kekayaan untuk mencukupi dirinya dan
orang-orang tidak memahami kebutuhannya lalu memberinya sedekah, dan dia tidak
bisa mandiri sehingga meminta-minta manusia."
Mandiri dalam Sikap
Shahih Ibnu Hibban 385: Abu Ya’la
mengabarkan kepada kami, Abu Ar-Rabi’ Az-
Zahrani menceritakan kepada kami, Ibnu Mubarak menceritakan kepada kami, dari ‘Utbah bin Abi108 Hakim, ia berkata,
‘Amar bin Jariyah Al Lakhmiy menceritakan kepadaku, Abu Umayyah Asy- Sya’bani menceritakan kepada kami, ia berkata, aku
mendatangi Abu Tsa’labah Al Khasyani,
lalu aku bertanya: Wahai Abu Tsa’labah,
bagaimana kamu membaca (memahami) ayat ini: “Tiadalah
orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat
petunjuk.” (Qs. Al Maa'idah 5: 105) ? Ia
menjawab: Demi Allah, sungguh kamu telah bertanya tentangnya dengan sangat
teliti. Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
tentang ayat itu, beliau menjawab: “Justru,saling
memerintahkanlah kamu sekalian dengan perbuatan baik, dan saling mencegahlah
dari perbuatan munkar. Sehingga apabila kamu melihat
orang yang bakhil ditaati, hawa nafsu diikuti, dunia yang diutamakan, dan
ketakjuban setiap yang memiliki pendapat dengan pendapatnya. Maka tetaplah
pada kemandirian diri sendiri. Tinggalkanlah perkara orang awam. Sebab
sesungguhnya di balik kalian itu terdapat hari-hari (kesabaran yang berpahala).
Sabar- tetap pada pendirian- pada hari-hari tersebut bagaikan
memegang bara api. Orang yang beramal pada hari itu mendapatkan pahala seperti
pahala lima puluh orang yang mengerjakan amalan yang serupa. Ibnu Mubarak
berkata, “Dan ditambahkan kepadaku: Wahai
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, apakah pahala lima puluh orang dari
mereka ? beliau menjawab, “Lima
puluh orang dari kalian“109
dikutif dari kitab mengalirkan karakter
No comments:
Post a Comment