PEMERINTAHAN BANI ABBAS
Makalah
Disajikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam
Dosen
DR. H. A. Chaer
Oleh
Erlangga, S.Pd.I
NPM: 41189901130055
MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN
TAHUN AKADEMIK GENAP 2013/2014
UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI
BEKASI 1435 H / 2014 M
A. Sejarah Berdirinya
Bani Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132
H/750 M oleh Abul Abbas Ash-shaffah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama.
Kekuasaan Bani Abbas melewati rentang waktu yang sangat panjang, yaitu lima
abad dimulai dari tahun 132-656 H/750-1258 M. Berdirinya pemerintahan ini
dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh bani
Hasyim (alawiyun ) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang
berhak berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Kelahiran bani Abbasiyah erat kaitannya
dengan gerakan oposisi yang di lancarkan oleh golongan syi'ah terhadap
pemerintahan Bani Umayyah. Golongan Syi'ah selama
pemerintahan Bani Umayyah merasa tertekan dan tersingkir karena
kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah. Hal ini bergejolak sejak
pembunuhan terhadap Husein Bin Ali dan pengikutnya di Karbela.
Gerakan oposisi terhadap Bani Umayyah
dikalangan orang syi'ah dipimpin oleh Muhammad Bin Ali, ia telah di bai'ah oleh
orang-orang syi'ah sebagai imam. Tujuan utama dari perjuangan Muhammad Bin Ali
untuk merebut kekuasaan dan jabatan khalifah dari tangan Bani Umayyah, karena
menurut keyakinan orang syi'ah keturunan Bani Umayyah tidak berhak menjadi imam
atau khalifah, yang berhak adalah keturunan dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan
bani umayyah bukan berasal dari keturunan Ali Bin Abi Thalib. Pada
awalnya golongan ini memakai nama Bani Hasyim, belum menonjolkan nama
Syi'ah atau Bani Abbas, tujuannya adalah untuk mencari
dukungnan masyarakat. Bani Hasyim yang tergabung dalam gerakan ini adalah
keturunan Ali Bin Abi Thalib dan Abbas Bin Abdul Muthalib. Keturunan ini
bekerjasama untuk menghancurkan Bani Umayyah.
Strategi yang digunakan untuk menggulingkan
Bani Umayyah ada dua tahap :
1.
Gerakan secara rahasia
Propoganda Abbasiyah dilaksakan dengan
strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia, akan tetapi Imam Ibrahim
pemimpin abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya
diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya
tertangkap oleh pasukan dinasti umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum
akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk
menggantikan kedudukannya ketika ia telah mengetahui bahwa ia akan di eksekusi
dan memerintahkan untuk pindah ke kuffah.
2.
Tahap terang-terangan
dan terbuka secara umum
Tahap ini dimulai setelah terungkap surat
rahasia Ibrahim bin Muhammad yang ditujukan kepada Abu Musa Al-Khurasani Agar
membunuh setiap orang yang berbahasa Arab di Khurasan. Setelah khalifah Marwan
bin Muhammad mengetahi isi surat rahasia tersebut ia menangkap Ibrahim bin
Muhammad dan membunuhnya. Setelah itu pimpinan gerakan oposisi dipegang oleh
Abul Abbas Abdullah bin Muhammad as-saffah, saudara Ibrahim bin
Muhammad. Abul Abbas sangat beruntung, karena pada masanya pemerintahan
Marwan bin Muhammad telah mulai lemah dan sebaliknya gerakan oposisi semakin
mendapat dukungan dari rakyat dan bertambah luas pengaruhnya. Keadaan ini
tambah mendorong semangat Abul Abbas untuk menggulingkan khalifah Marwan
bin Muhammad dari jabatannya. Untuk maksud tersebut Abul Abbas mengutus
pamannya Abdullah bin Ali untuk menumpas pasukan Marwan bin Muhammad.
Pertempuran terjadi antara pasukan yang dipimpin oleh khalifah Marwan bin
Muhammad dengan pasukan Abdullah bin Ali di tepi sungai Al-Zab Al-Shagirdi,
Iran. Marwan bin Muhammad terdesak dan melarikan diri ke Mosul, kemudian ke
palestina, Yordania dan terakhir di Mesir. Abdullah bin Ali terus mengejar
pasukan Marwan bin Muhammad sampai ke Mesir dan akhirnya terjadi pertempuran
disana. Marwan bin Muhammad pun akhirnya tewas karena pasukannya sudah sangat
lemah yaitu pada tanggal 27 Zulhijjah 132 H/750 M. Pada tahun 132 H/ 750 M Abul
Abbas Abdullah bin Muhammad diangkat dan di bai'ah menjadi khalifah , dalam
pidato pembiatan tersebut , ia antara lain mengatakan "saya berharap
semoga pemerintahan kami ( Bani Abbas ) akan mendatangkan kebaikan
dan kedamaian pada kalian. Wahai penduduk koufah, bukan intimidasi, kezaliman,
malapetaka dan sebagainya. Keberhasilan kami beserta ahlul Bait adalah
berkat pertolongan Allah SWT. Hai penduduk koufah, kalian adalah tumpuan kasih
sayang kami, kalian tidak pernah berubah dalam pandangan kami, walaupun
penguasa yang zalim ( Bani Umayyah ) telah menekan dan menganiaya kalian.
Kalian telah dipertemukan oleh Allah dengan Bani Abbas, maka jadilah kalian
orang-orang yang berbahagia dan yang paling kami muliakan..... ketahuilah, hai
penduduk koufah, saya adalah al-saffah". Setelah Abul
Abbas resmi menjadi khalifah ia tidak lagi mengambil Damaskus sebagai pusat
pemerintahan tetapi ia memilih Koufah sebagai pusat pemerintahannya, dengan
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1) Para pendukung Bani Umayyah masih banyak yang tinggal di Damaskus
2) Kota Koufah jauh dari Persia, walaupun orang-orang Persia merupakan tulang
punggung Bani Abbas dalam menggulingkan Bani Umayyah
3) Kota Damaskus terlalu dekat dengan wilayah kerajaan Bizantium yang
merupakan ancaman bagi pemerintahannnya, akan tetapi pada masa pemerintahan
khalifah Al-Mansur (754-775 M ) dibangun kota Baghdad sebagai ibu kota Dinasti
Bani Abbas yang baru.
B. Masa kekuasaan Bani
Abbasiyah
Selama
dinasti Bani Abbasiyah berdiri pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan pola
pemerinthan itu, para sejarawan biasanya membagi kekuasaan Bani Abbasiyah pada
empat periode :
1) Masa Abbasiyah I,
yaitu semenjak lahirnya dinasti Abbasiyah tahun 132 H/750 M sampai meninggalnya
khalifah Al-Watsiq 232 H/847 M.
2)
Masa Abbasiayah II, yaitu mulai khalifah
Al-Mutawakkil pada tahun 232 H/847 M sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di
Baghdad tahun 334 H/946 M.
3)
Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya Daulah
Buwaihiyah tahun 334 H/946 M sampai masuknya kaum Saljuk ke Baghdad Tahun 447
H/1055 M
4) Masa Abbasiyah IV,
yaitu masuknya kaum saljuk di Baghdad tahun 447 H/1055 M sampai jatuhnya
Baghdad ketangan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656
H/1258 M.
1) Masa
Abbasiyah I ( 132 H/750 M-232 H/847 M )
Masa
ini diawali sejak Abul Abbas menjadi khalifah dan berlangsung selama satu abad
hingga meninggalnya khalifah Al-Watsiq. Periode ini dianggap sebagai zaman
keemasan Bani Abbasiyah. Hal ini disebabkan karena keberhasilannya memperluas
wilayah kekuasaan.
Wilayah
kekuasaannya membentang dari laut Atlantik hingga sungai Indus dan dari laut
Kaspia hingga ke sungai Nil. Pada masa ini ada sepuluh orang khalifah yang
cukup berprestasi dalam penyebaran Islam mereka adalah khalifah Abul Abbas
ash-shaffah(750-754 M), Al-Mansyur ( 754-775 M), Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi
(785-786 M), Harun Al-Rasyid (786-809 M), Al-Amin (809 M), Al-Ma'mun (813-833
M), Ibrahim (817 M), Al-Mu'tasim (833-842 M), dan Al-Wasiq (842-847 M).
2) Masa
Abbasiyah II ( 232 H/847 M-334 H/946 M)
Periode
ini diawali dengan meninggalnya khalifah Al-Wasiq dan berakhir ketika keluarga
Buwaihiyah bangkit memerintah. Sepeninggal Al-Wasiq, Al-Mutawakkil naik tahta
menjadi khalifah, masa ini ditandai dengan bangkitnya pengaruh Turki.
Setelah
Al-Mutawakkil meninggal dunia, para jendral yang berasal dari Turki berhasil
mengontrol pemerintahan. Ada empat khalifah yang dianggap hanya sebagai simbol
pemerintahan dari pada pemerintahan yang efektif, keempat pemerintahan itu
adalah Al-Muntasir (861-862 M ), Al-Musta'in (862-866 M), Al-Mu'taz (866-896
M), dan Al-Muhtadi (869-870 M). Masa pemerintahan ini dinamakan masa
disintegrasi, dan akhirnya menjalar keseluruh wilayah sehinngga banyak wilayah yang
memisahkan diri dari wilayah Bani Abbas dan menjadi wilayah merdeka seperti
Spanyol, Persia, dan Afrika Utara.
3) Masa
Abbasiyah III (334 H/946 M -447 H/1055 M)
Masa
ini ditandai dengan berdirinya Dinasti Buwaihiyah, yaitu Pada masa ini jatuhnya
Khalifah Al-Muktafi (946 M) sampai dengan khalifah Al-Qaim (1075 M). Kekuasaaan
Buwaihiyah sampai ke Iraq dan Persia barat, sementara itu Persia timur,
Transoxania, dan Afganistan yang semula dibawah kekuasaan Dinasti Samaniah
beralih kepada Dinasti Gaznawi. Kemudian sejak tahun 869 M, dinasti Fatimiyah
berdiri di Mesir.
Kekhalifahan
Baghdad jatuh sepenuhnya pada suku bangsa Turki. Untuk keselamatan, khalifah
meminta bantuan kepada Bani Buwaihiyah. Dinasti Buwaihiyah cukup kuat dan
berkuasa karena mereka masih menguasai Baghdad yang merupakan pusat dunia islam
dan menjadi kediaman Khalifah
Pada
akhir Abad kesepuluh, kedaulaulatan Bani Abbasiyah telah begitu lemah hingga
tidak memiliki kekuasaan diluar kota Baghdad. Kekuasaan Bani Abbasiyah berhasil
dipecah menjadi dinasti Buwaihiyah di Persia (932-1055 M), dinasti Samaniyah di
Khurasan (874-965 M), dinasti Hamdaniayah di Suriah (924-1003 M), dinasti
Umayyah di Spanyol (756-1030 M), dinasti Fatimiyah di Mesir (969-1171 M), dan
dinasti Gaznawi di Afganistan (962-1187 M)
4) Masa
Abbasiyah IV (447 H/1055 M -656 H/1258 M )
Masa
ini ditandai dengan ketika kaum Seljuk menguasai dan mengambil alih
pemerintahan Abbasiyah. Masa seljuk berakhir pada tahun 656 H/1258 M, yaitu
ketika tentara mongol menyerang serta menaklukkan Baghdad dan hampir seluruh
dunia Islam terutama bagian timur.
C. Masa Kejayaan
Peradaban Bani Abbasiyah
Pada
periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan, secara
politis para khalifah memang orang-orang yang kuat dan merupakan pusat
kekuasaan politik sekaligus Agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai
tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan Filsafat dan ilmu pengetahan dalam Islam.Peradaban dan kebudayyan
Islam berkembang dan tumbuh mencapai kejayaan pada masa Bani Abbasiyah. Hal
tersebut dikarenakan pada masa ini Abbasiyah lebih menekankan pada perkembangan
peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah. Disinilah letak
perbedaan pokok dinasti Abbasiyah dengan dinasti Umayyah. Puncak kejayaan
dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Al- Rasyid (786-809 M) dan
anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika Al-Rasyid memerintah, negara dalam
keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan
dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara sampai ke India. Lembaga
pendidikan pada masa Bani Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang
sangat pesat, hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik
sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak Bani Umayyah, maupun
sebagai bahasa pengetahuan, selain itu juga ada dua hal yang tidak terlepas
dari kemajuan ilmu pengetahuan yaitu :
a. Terjadinya
asimilasi antara bahasa Arab dengan bahasa bangsa lain yang telah lebih dulu
mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa Bani Abbas,
bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara
efektif dan bernilai guna. Bangsa-bagssa itu memberi saham tertentu bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia sangat kuat dalam
bidang ilmu pengetahuan. Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam
perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dari bidang
kedokteran, ilmu matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani terlihat
dari terjemahan-terjemahan di berbagai bidang ilmu, terutama Filsafat.
b. Gerakan
penerjemahan berlangsung selama tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah
Al-Mansyur hingga Hasrun Al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemah adalah
buku-buku dibidang ilmu Astronomi dan Mantiq. Fase kedua terjadi pada masa
khalifah Al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemah adalah
bidang filsafat, dan kedokteran. Dan pada fase ketiga berlangsung setelah tahun
300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-biadang
ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Di
zaman khalifah Harun al- Rasyid (786-809 H) adalah zaman yang gemilang bagi
Islam. Zaman ini kota baghdad mencapai puncak kemegahannya yang belum pernah
dicapai sebelumnya, Harun sangat cinta pada sastrawan, ulama, Filosof yang
datang dari segala penjuru ke Baghdad. Salah satu pendukung utama tumbuh
pesatnya ilmu pengetahuan tersebut adalah didirikannya pabrik kertas di
Baghdad. Orang Islam pada awalnya membawa kertas dari Tiongkok, usaha pembuatan
kertas erat kaitannya dengan perkembangan Universitas Islam. Pabrik kertas
ini memicu pesatnya penyalinan dan pembuatan naskah-naskah, dimasa itu seluruh
buku ditulis tangan. Ilmu cetak muncul pada tahun 1450 M ditemukan oleh
gubernur di Jerman. Dikota-kota besar islam muncul toko-toko buku yang
sekaligus juga berfungsi sebagai sarana pendidikan dan pengajaran non-formal.
Popularitas
Bani Abbasiyah ini juga ditandai dengan kekayaan yang dimanfaatkan oleh khalifah
Al-Rasyid untuk keperluan sosial seperti Rumah sakit, lembaga pendidikan
dokter, dan faramasi didirikan, dan pada masannya telah ada sekitar 800 orang
dokter, selain itu pemandian-pemandian umum didirikan. Kesejahteraan sosial,
kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusastraan
berada pada zaman keemasannya. Pada zaman inilah negara Islam menempatkan
dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.
Adapun ilmu
pengetahuan yang berkembang pada masa Bani Abbasiayah adalah sebagai berikut :
1) Ilmu Kedokteran
Pada
mulanya Ilmu Kedokteran telah ada pada saat Bani Umayyah, ini terbukti dengan
adannya sekolah tinggi kedokteran Yundisapur dan Harran.. Dinasti Abbasiyah
telah banyak melahirkan dokter terkenal diantaranya sebagai berikut
o
Hunain Ibnu Ishaq (804-874 M) terkenal segai dokter
yang ahli dibidang mata dan penerjema buku-buku dari bahasa asing ke bahasa
Arab.
o
Ar-Razi (809-1036 M)
terkenal sebagai dokter yang ahli dibidang penyakit cacar dan campak. Ia adalah
kepala dokter rumah sakit di Baghdad. Buku karangannya dbidang ilmu kedokteran
adalah Al-Ahwi.
o
Ibnu Sina (980-1036 M),
yang karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun Fi At-Tibb dan
dijadikan sebagai buku pedoman bagi Universitas di Eropa dan negara-negara
Islam.
o
Ibnu Rusyd (520-595 M)
terkenal sebagai dokter perintis dibidang penelitian pembuluh darah dan
penyakit cacar. Dll.
2) Ilmu tafsir
Pada masa ini muncul dua alirang yaitu ilmu
tafsir Al-matsur dan Tafsir Bir ra'yi, aliran yang
pertama lebih menekan pada ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadist dan pendapat
tokoh-tokoh sahabat. Sedangkan aliran
tafsir yang kedua lebih menekan pada logika ( rasio ) dan Nash. Diantara ulama
tafsir yang terkenal pada masa ini adalah Ibnu Jarir al-Thabari (w.310 H)
dengan karangannya jami' al-bayan fi tafsir Al-Qur'an, Al-Baidhawi
dengan karangannya Ma'alim al-tanzil, al-Zakhsyari dengan karyanyaal-kassyaf,
Ar-Razi(865-925 M) dengan karangannya al-Tafsir al-Kabir, dan
lain-lainnya.
3) Ilmu Hadist
Pada
masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz (717-720 M) dari Bani Umayyah
sudah mulai usaha untuk mengumpulkan dan membukukan Hadist. Akan tetapi
perkembangan ilmu hadist yang paling menonjol pada amasa Bani Abbasiyah, sebab
pada masa inilah muncul ulama-ulama hadist yang belum ada tandingannya sampai
sekarang. Diantara yang terkenal ialah Imam
Bukhari (W.256
H) ia telah mampu mangumpulkan sebanyak 7257 Hadist dan setelah diteliti
terdapat 4000 hadist Shahih dari yang telah berhasil dikumpulkan oleh imam
Bukhari yang disusun dalam kitabnya Shahih Bukhari. Imam Muslim ( W. 251 H)
terkenal sebagai seorang ulama hadist dengan bukunya Shahih Muslim,
buku karangan imam Bukhari dan Muslim diatas lebih berpengaruh bagi umat Islam
dari pada buku-buku hadist lainnya, seperti Sunan Abu Daud oleh
Abu Daud ( W.257 H) sunan Al- Turmizi oleh imam
Al-Turmizi(W.287 H) Sunan Al-Nasa'i oleh Al-Nasa'i ( W.303 H)
dan sunan Ibnu-Majah oleh Imam Ibnu Majah ( W.275 H) keenam
buku hadist tersebut lebih dikenal dengan sebutan Al- Kutub Al-Sittah.
4) Ilmu Kalam
Bukanlah
hal yang berlebihan jika dikatakan pada masa Bani Abbasaiyah merupakan
dasar-dasar Ilmu Fiqh. Ilmu ini disusun oleh ulama-ualama yang terkenal pada
masa itu dan masih besar pengaruhnya sampai sekarang, Diakalangan Ulama
Ahlu al-Sunnah wal jamaah. Muncul Imam Abu Hanifah(810-150 H) yang
lebih cendrung memakai akal (rasio) dan Ijtihad, Imam Malik Bin Anas (93-179 H)
yang lebih cendrung memakai hadist dan menjauhi sampai batas tertentu pemakaian
Rasio, Imam Syafi'i (150-204 H) yang berusaha mengkompromikan aliran Ahl
al-Ra'yi, dengan Ahl al-Hadist dalam Fiqh, dan Imam Ahmad
bin Hambal(164-241 H) yang merupakan tokoh aliran Fiqh yang keras, ketat dan
kurang luwes dari aliran-aliaran fiqh yang lainnya. Buku karang mereka masih
dapat kita temukan sampai sekarang yaitu al-muawatta, al-umm, al-risalah,
dan sebagainya.
5) Ilmu Tashawuf
Dalam
bidang ilmu Tashawuf juga muncul ulama-ulama yang terkenal pada masa
pemerintahn Daulah Bani Abbasiyah. Imam Al-Ghazali sebagai seorang ulama sufi
pada masa Daulah Bani Abbasiyah meninggalkan karyanya yang masih beredar sampai
sekarang yaitu buku Ihya' Al-Din, yang terdiri dari lima
jilid. Al-Hallaj (858-922 M) menulis buku tentang Tashawuf yang
berjudul Al-Thawasshin, Al-Thusi
menulis buku al-lam'u fi al-Tashawuf, Al-Qusyairi (W. 465 H) dengan
bukunya al-risalat al-Qusyairiyat fi il'm al-Tashawuf.
6) Ilmu Matematika
Terjemahan
dari bahasa asing ke bahasa Arab menghasilkan karya dibidang matematika.
Diantara ahli matematika islam yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, adalah seorang
pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung) dan
penemu angka Nol. Tokoh lainnya adalah Abu Al-Wafa Muhammad Bin Muhammad Bin
Ismail Bin Al-Abbas terkenal sebagi ahli ilmu matematika.
7) Ilmu Farmasi
Diantara
ahli farmasi pada masa Bani Abbasiyah adalah Ibnu Baithar, karyanya yang
terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), jami'
al-mufradat al-adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan
bergizi).Dan masih banyak lagi ilmu yang berkembang pada masa Bani Abbasiyah
berkuasa, hal ini terlihat bahwa saat Khalifah Al-Mustansir (1226-1242 M)
memerintah ia mendirikan Universitas Mustansiriah di Baghdad yang dapat
dibanggakan karena telah mampu melampaui Universitas di Eropa. Mereke mempunyai
Fakultas-fakultas yang sempurna, mahaguru digaji berdasarkan banyak mahasiswa
yang terdapat dalam Fakultasnya, setiap Mahasiswa dan Mahaguru mendapatkan satu
dinar emas setiap bulannya, dan rata-rata setiap Fakultas tidak ada yang kurang
dari 3000 Mahasiswa didalamnya. Setiap Mahasiswa boleh makan ke dapur umum
Mahasiswa dengan Cuma-Cuma, sebuah perpustakaan besar terdapat dalam
Universitas itu. Setiap mahasiswa yang berkeinginan menyalin buku-buku atau
ingin menyusun buku baru, ada sebuah kantor yang mengurus persediaan kertas,
pena dan tinta untuk keperluan itu. Disamping Universitas dibangun sebuah rumah
sakit untuk mahasiswa diperiksa kesehatannya, hal inilah yang menyebabakan
berbagai Universitas di Eropa mengambil contoh pada Universitas Mustansiriah
itu.
D. Faktor-Faktor Yang
Menyebabkan Kemunduran Bani Abbasiyah
Menurut
W. Montgomery, bahwa beberapa faktor penyebab kemunduran Bani Abbasiyah adalah
:
1) Luasnya wilayah
kekuasaan Bani Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit
dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya antara penguasa dan
pelaksana pemerintah sudah sangat rendah.
2)
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata,
ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3) Keuangan negara sangat
sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada
saat iu kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman
pajak ke Baghdad.
Sedangkan
menurut Dr. Badri Yatim, M. A diantara hal yang menyebabkan kemunduran Daulah
Bani Abbasiayah Adalah :
1. Persaingan
antar bangsa
Khalifah
Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia,
persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib pada saat pemerintahan Bani
Umayyah, keduanya sama-sama tertindas. Setelah dinasti Abbasiyah berdiri Bani
Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada masa ini persaingan antar
bangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa. Kecendrungan masing-masing bangsa
untuk berkusa telah dirasakan sejak awal pemerintahan Bani Abbas.
2. Kemerosotan
Ekonomi
Khalifah
Abbasiyah juga mengalami kemerosotan Ekonomi bersamaan dengan Kemunduran
dibidang Politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan
pemerintahan yang kaya, dan keuangan yang masuk lebih besar dari pada yang
keluar, sehingga Baitul Mal penuh dengan Harta. Setelah khalifah mengalami
periode kemunduran , pendapatan negara menurun, dengan demikian terjadi
kemerosotan ekonomi.
3. Konflik
Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan
masalah kebangsaan. Pada periode Abbasiyah,
konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra sehingga terjadi perpecahan.
Berbagai Aliran keagaam seperti Mu'tazillah, Syi'ah, Ahlus sunnah, dan
kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan
untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.
4. Perang
Salib
Perang
salib merupakan sebab dari eksternal ummat Islam. Pernag salib yang terjadi
beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan perhatian Bani
Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara salib sehingga memunculkan
kelemahan-kelemahan.
5. Serangan
Bangsa Mongol
Serangan tentara mongol ke wilayah Islam
menyebabkan kekuatan Islam menjadi lemah, apalagi serangan Hulagu Khan dengan
pasukan Mongol yang biadab menyebabkan kekuasaan Abbasiyah menjadi lemah dan
akhirnya menyerah pada kekuatan Mongol.
E. Masa Akhir
Kekuasaan Bani Abbasiyah
Akhir
dari kekuasaan Bani Abbasiyah adalah saat Baghdad dihancurkan oleh pasukan
Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan (656 H/1258 M). Ia adalah saudara dari
Kubilay Khan yang berkuasa di Cina sampai ke Asia Tenggara, dan saudaranya
Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah
barat dari Cina kepangkuannya. Baghdad dihancurkan dan diratakan dengan tanah.
Pada mulanya Hulagu Khan mengirim suatu tawaran kepada Khalifah Bani
Abbasiyah yang terakhir Al-Mu'tashim billah untuk bekerja sama menghancurkan
gerakan Assassin. Tawaran tersebut tidak dipenuhi oleh khalifah. Oleh karena
itu timbullah kemarahan dari pihak Hulagu Khan. Pada bulan september 1257 M, Khulagu Khan melakukan penjarahan terhadap
daerah Khurasan, dan mengadakan penyerangan didaerah itu. Khulagu Khan
memberikan ultimatum kepada khalifah untuk menyerah, namun khalifah tidak mau
menyerah dan pada tanggal 17 Januari 1258 M tentara Mongol melakukan penyerangan.
Pada waktu penghancuran kota Baghdad,
khalifah dan keluarganya dibunuh disuatu daerah dekat Baghdad sehingga
berakhirlah Bani Abbasiyah. Penaklukan itu hanya membutuhkan beberapa hari
saja, tentara Mongol tidak hanya menghancurkan kota Baghdad tetapi mereka juga
menghancurkan peradaban ummat Islam yang berupa buku-buku yang terkumpul di
Baitul Hikmah hasil karya ummat Islam yang tak ternilai harganya. Buku-buku itu
dibakar dan dibuang ke sunagi Tigris sehingga berubah warna air sungai
tersebut, dari yang jernih menjadi hitam kelam karena lunturan air tinta dari
buku-buku tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1) Drs. Amin, Samsul Munir,M. A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta
: Amzah, 2009
2) Prof. Dr. H. Harun, Maidir dan Drs. Firdaus, M. Ag, Sejarah
Peradaban Islam jilid II, Padang : IAIN-IB Press, 2001
3) Dra. Hj. Ismail, Chadijah, sejarah pendidikan Islam, Padang :
IAIN-IB Press, 1999
4)
Wahid, N. Abbas dan
Suratno, Khazanah Sejarah Kebudaan Islam, Solo : PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2009
5)
Dr. Yatim,Badri, M.
A, Sejarah Peradaban Islam ( Dirasah Islamiyah II ), Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 1993
No comments:
Post a Comment