Ketika membaca alQur’an kita akan menemukan banyak huruf nun dan huruf mim bertasydid yang disebut dengan istilah ghunnah musyaddadah.
Cara membaca ghunnah musyaddadah yaitu dengan menghentakkan suara mim bertasydid atau nun bertasydid, didengungkan secara nyata ke pangkal hidung selama satu alif atau dua harokat/ketukan.
Ketika mengghunnahkan huruf mim bertasydid kedua bibir haruslah dalam keadaan tertutup, karena makhroj huruf mim hanya terjadi jika kedua bibir dalam keadaan tertutup. Sebaliknya ketika mengghunahkan huruf nun bertasydid kedua bibir tidak boleh tertutup karena makhroj nun hanya terjadi jika kedua bibir dalam keadaan terbuka, dan pada saat bersamaan ujung lidah menekan lahmatul asnan (daging tempat tumbuhnya gigi seri atas).
Tingkatan bobot dengung (ghunnah) terbagi menjadi lima tingkatan:
1. Bobot ghunnah secara penuh pada saat mim dan nun bertasydid
2. Bobot ghunnah menjadi lebih ringan pada mim dan nun ketika dibaca idghom
3. Bobot ghunnah menjadi lebih ringan lagi saat mim dan nun ketika dibaca ikhfa
4. Bobot ghunnah bertambah lebih ringan lagi ketika mim dan nun dibaca izh-zhar
5. Bobot ghunnah paling ringan saat mim dan nun berbaris/berharokat
Kesimpulannya dapat dikatakan bahwa kesempurnaan bobot ghunnah dalam tingkatannya terdengar ketika bertasydid (musyaddah), diidghomkan (mudghomah) dan dikhfa’kan (mukhfah). Sedangkan ketika dibaca izh-zhah (muzhoroh) dan ketika berharokat (mutaharikah) ukuran ghunnahnya sangat minim (ats.tsabitu ashluhu faqoth).
Contoh
إنَّمَا تُوْعَدُوْنَ لَوَاقِعٌ | نّ |
وَ أنَّهُمْ ظَنُّوْا | |
يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ | |
ثُمَّ عَمثوْ وَصَمُّوْ | مّ |
فَنَبَذْنَاهُمْ فِى الْيَمِّ | |
أجَلٍ مّثسَمًّى |
Selamat membaca al-Qur'an dengan tartil...
No comments:
Post a Comment