Tuesday, March 30, 2021

Penelitian Tentang Menghafal Al Qur’an

 (Bag. 1)


Sebuah penelitian menyampaikan hasilnya bahwa setiap bertambah banyak hafalan terhadap Al Quran, semakin bertambah kesehatan jiwanya. Penelitian ini dilakukan oleh DR. Shalih bin Ibrahim al Shani', dosen psikologi Universitas Imam Muhammad bin Su'ud, Riyadh. Penelitian dilakukan terhadap 170 mahasiswa laki dan perempuan di Universitas Malik Abdul Aziz, Jedah dan 170 mahasiswa laki-laki dan perempuan di Ma'had Pengkajian Al Quran al Imam Asy Syathibi, Jedah.
Peneliti menentukan definisi kesehatan jiwa sebagai: keadaan yang terintegrasikannya jiwa seseorang dalam empat dimensi utama; dimensi agama atau spiritual, dimensi kejiwaan, dimensi sosial dan dimensi fisik.

Penelitian tersebut berhasil mengungkap hubungan kuat antara meningkatnya kekuatan jumlah hafalan dengan meningkatnya tingkat kesehatan jiwa. Para mahasiswa yang hafalannya lebih banyak, terlihat sangat jelas lebih baik tingkat kesehatan jiwanya dibanding lainnya.
Melihat nukilan al Kaheel ini, sungguh sangat dahsyat para penghafal Al Quran. Empat dimensi lengkap seorang manusia, mengantarkan menuju kedudukan terbaiknya, dengan Al Quran dalam dirinya. Semakin banyak hafalannya, semakin baik. Maka, jika sempurna hafalannya. Allah Akbar!
Biarlah kita urai sedikit hal ini untuk pendalaman:

1. Dimensi agama atau spiritual.
Bukankah, seringkali para orangtua dan sekolah mengeluhkan betapa sulitnya mendidik anak-anak sekadar untuk shalat. Belum lagi ibadah lainnya. Bukan hanya di usia awal, tetapi mereka yang telah mencapai usia sekolah menengah dan sekolah tinggi. Padahal tak kurang usaha orangtua untuk mendidik mereka di sekolah Islam sejak taman kanak-kanak. Inilah kunci yang hilang itu. Cahaya Allah Subhanahu Wa ta'ala dalam otak dan diri seseorang, akan meneranginya menuju jalan ibadah lainnya.

2. Dimensi kejiwaan.
Jiwa yang stabil, mandiri, dewasa, kokoh adalah dambaan orangtua untuk dimiliki setiap generasinya. Tetapi, keadaan hari ini jauh berbeda. Mereka yang telah lulus S1 saja, terkadang masih seperti anak-anak. Labil, mudah terkoyak, jauh dari sifat mandiri, tak kunjung dewasa dalam bersikap dan akhirnya menjadi santapan kerusakan dan kejahatan lingkungan. Al Quran yang bersemayam dalam diri, akan memberikan jiwa terbaik bagi pemiliknya.


(bersambung)